15.2.04

Mencari Tahu

kita mencari
diantara semak
digundukan pasir pantai
menggaruk tanah basah
meneropong guagua

kita mengaduk laut
membalik gununggunung
merapikan lagi pyramid
mengikuti komet berputar
menyelami tatasurya

lalu kita bertanya
pada ilalang
kepada terang

kita pinjam catatan bulan
sibak gulita
kita eja manteramantera
dan senandungkan doadoa
lalu nyalakan ribuan hari

hanya untuk
sesuatu yang pernah kita tahu


akaralfa, 14.2.04 - 01:47

Dukacita

Innalillah,
keadilan meranggas lagi
gugurnya
direnggut mukamuka badak

pergilah dengan tenang
keharibaan-Nya

adamu bukanlah pahlawan
merekalah jiwa suci milikmu

kini
tumbuh satu mati seribu

Innalillah,
nurani kembali didustai
tempat dimana jujur terpekur

hitam dan putih semua blur
jadi abu
jadi debu

Innalillah,
langit cekam, hitam legam
sambut tibanya manusia
yang tak lagi sentuh tanah
mengapung melayang
meludahi
muka polos pencari kebenaran

Innalillah,
sambil kujahit luka
kuhaturkan satu kata
dukacita


akaralfa, 13.2.04 - 21:00

4.2.04

Apa itu duasatu ?

#1 : dijiwa yang paling lembut

Masih dialtar mushola, senja begitu jingga ditemani lembayung pengantar kidung. Diamlah, sebentar lagi malam mengaum. Aku tidak tahu harus berlindung pada apa. Aku tidak tahu harus terlentang dimana.
Masih kulihat yang dilaknat berkerumun. Wajahnya berhiaskan catatan kebohongan bersulam kelicikan. Ya, menyerupai tatto di wajah buruknya.
'Jangan dekat!'
'Siapa yang mendekat siapa ? kau tebak ? hahaha..'
Hanya seringai gilanya menjawab tadi, belumlah suara.
Lalu ?
Ah biarlah dekat, kutusuk dengan sembilu.
Kesadaran mengapung melangit mengangkasa. Tiba di andromeda sekejap lalu.
Tidak!, dia bawa sembilu itu serta. Lalu dengan apa ?
Sekaratku diujung tanduk. Sembilu kembali serta sadarku dengan sepucuk surat lusuh.

Kepada Ytc
Jiwa yang buram

Sesal itu berujung tak berpangkal
Dan sadar itu harus terkunci terkendali
Meski didetik ia harus kau layani
Tiada maaf paling putih selain taubat
Setelah duasatu pasti duadua
Apa kau yakin dunia akan menua ?

Tertanda, Hatimu yang lama


#2 : dihari hari penuh rindu

aku pernah,
mencari sebutir muthmainnah dibelantara, meski tak kenyang nadi nadi
aku pernah,
mencari azzam kemana lari, meski aku harus membungkusi angin berapi api
aku pernah,
mencampuri kopi pahit dengan tsaqofah, meski detik detik meninggalkanku tak peduli
aku pernah,
menghabiskan militansi dimoncong belati, meski aku harus merayu antimati
aku pernah,
bermimpi tentang syurga diujung air mata, meski pagi menampari
aku pernah,
menitip sajakku dimuhasabah, meski hurufnya tak lagi kukenali

aku ingin
merinduiMu malam ini seperti
aku pernah
merinduiMu dibait bait sunyi

#5 : diujung makna makna

apabila bumi ini berkaki
maka dia tidak berniat melaju lagi

apabila matahari merayu mati
maka rembulan jadi kuburan

apabila malam ini kiamat
maka biarkan aku menziarahi taubat

dan bila aku sempat
maka neraka tidak lagi kusebut tempat


akaralfa, 4.2.04 - 14:25