29.12.03

Yang Paling Evolusi

(sebuah catatan sederhana akhir tahun 2003)

Yang paling evolusi
Hanya jam atom pada sepersekian detiknya
Pun arloji digital dipergelangan zaman
0011 berubah 0100
Itu saja ?
Sedang matahari Aceh masih bernanah terludahi peluru tanpa etika hingga rembulannya menggantikan pada hari-hari sakralnya
Kelam
Langit Tepi Barat tetap diselubungi debu
Disesaki manusia-manusia yang dibesarkan do'a dengan sarapan amunisi dan camilan batu-batu
Hingga bomsyahid menjadi ritual seusai shalat jum'at
Tiba giliran tukang politik yang masih mencacimaki sejarah dibalik barikade orasi
Dan ketika kita lengah..
Mereka menggantung harga di tiang bendera dan menaikkannya setiap Senin pagi
Diiringi Pancasila, UUD 45 dan lagu kebangsaan, Indonesia Raya!
Orang-orang yang tersujud diantara kaki malam mengusung nama baru tanpa bubur merahputih
Teroris!
Hingga Tuhan mereka pun disebut Tuhannya teroris
Yang mengabulkan do'a para teroris dan membuatkan syurga hanya bagi teroris

Sampai disini adakah evolusi lain ?
Maafku teruntuk bangku kelas agama yang mencatat contekan hadits-hadits
Apakah hari ini seburuk kemarin ?
Apakah pekan ini seburuk kemarin ?
Apakah bulan ini seburuk kemarin ?
Apakah tahun ini seburuk kemarin ?

Sudahlah
Sudahi saja Desember ini
Dan kita mulai lagi Muharram nanti
Biar hari-hari diantaranya tak terindera kalender diatas mejamu
Biar kasat dari mata manusia sok pahlawan
Biar kejemuanku akan Januari-Desember ini melepaskan lelahnya
Biar aku siapkan dunia baru dengan matahari terbaru dan rembulan yang bersinar lebih tegar juga buku sejarah yang lebih putih serta senyum yang paling bunga
Untuk kita!
Diatas prinsip egoisme syurgawi
Kamu mau ikut ?

: Teruntuk satu detik antara Des-Jan yang bukan apa-apa

Alfa
di BumiAllah pada 29.12.03 - 20:31

28.12.03

Bulan Sabit

kutulis sajak ini teruntuk bulan yang paling sabit
ketika cangkir-cangkir malas mewadahi lagi kopi pahit
dan kebosanan sudah muak temaniku tunggumu bangkit
untukmu kupersembahkan sunyi sebagai tumbal
kubantai dia tiga kali dengan ha ha ha dibait lalu
demi peta dimana purnama termangu

sumpahku ini disaksikan semburat sinar merah gemintang
yang sembunyikan catatan sejarah berjuta tahun cahaya
aku mencintai purnama jelita
sebagai balas lembutkan matahari dimalam pada hitungan jari
aku berdiri bukan sebagai punguk dipepatah
aku adalah armstrong pada catatan sejarah
disini simpul lassoku siap menjemputnya dekatiku
sampai saat newton menghukumku dengan gravitasi

terakhir untukmu bulan yang paling sabit
satu buku bahasa galaksi untukku
supaya aku bisa bercakap dengan bumi
saat pasang menjelang
dan bersembunyi dari tarikannya dilain waktu

kini akan selalu kugantungkan harapku
pada sabit runcingmu
pada malam-malam dimana aku rindui gulita ceria
pada insomia dititik nadirnya
ketika mimpi-mimpi layu sebagai bunga
ketika pagi begitu pilu
ketika pembangkanganku sempurna sebagai pemuja sepi


Alfa
5:37 27/12/2003